Pondok Pesantren Tanbiihul Ghoofiliin

PON-PES TANBIIHUL GHOOFILIIN SAMBEK WONOSOBO

Ticker

6/recent/ticker-posts

Riwayat Singkat Syaikh Abdul Hamid Karangsambo



Asal-usul
         
Asal-usul atau identitas Syaikh Abdul Hamid menurut itu ada tiga versi :

Versi pertama beliau berasal dari Yogyakarta. Pada masa perang Diponegoro atau perang Jawa, pasukan belanda banyak menawan para aktifis berpengaruh yang dikecam membahayakan pemerintahanya termasuk Pangeran Diponegoro. Syaikh Abdul Hamid yang waktu itu masih menjabat sebagai prajurit perang melarikan diri bersama Syaikh Abu Mansur dari tawanan perang. Kedua prajurit tersebut mengamankan diri ke daerah Wonosobo tepatnya di Dusun Candi, Desa Ngadisalam. Baru setelah itu atas permintaan Gelondong dari dusun Temon untuk tinggal di Karangsambo.

            Versi kedua menurut sesepuh Desa Karangsambo setempat, Syaikh Abdul Hamid berdarah asli Karangsambo yang merupakan tedak turun dari Mbah Bewo bin Jenggleng (Limbangan) bin Dawong.

            Adapun versi yang ketiga keterangan dari Mbah Zain Putih, bahwa Syaikh Abdul Hamid merupakan putra dari Mbah Anshor bin Marhamah.

Menimba Ilmu Dan Mendapat Wasiat

          Setelah dirasa aman dari perburuan kebengisan tentara kolonial belanda, kemudian ia mulai fokus dengan menimba ilmu pengetahuan agama. Beliau mondok alias merguru dengan Syaikh Murtaqo Krakal, Kelurahan Karangluhur, Kecamatan Kertek, Wonosobo. (untuk lamanya belum diketahui).

Menurut sebagian keterangan bahwa Syaikh Murtaqo ialah kakak kandung Mbah Marhamah yakni ayah dari Kyai Asmoro Sufi (dari desa Bendasari) yang memiliki istri bernama Nyai Kuning, yang merupakan Putri dari Ki Ageng Selomanik dari Kaliwiro (bupati Kota Wonosobo pertama).

Suatu hari Syaikh Murtaqo menyampaikan wasiatnya kepada murid-muridnya, yang isinya ialah, “Akan muncul ulama’ yang dijuluki umbul-umbul wareng artinya seorang Kyai yang mengalih bahasakan kitab-kitab arab ke dalam bahasa jawa”. (yang dimaksud ialah Syaikh Kyai Ahmad Rifa’i).

Setelah Syaikh Murtaqo wafat Kyai Abdul Hamid melanjutkan ngajinya di pondok pesantren Lasem, kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang di ampu oleh Syaikh Abdurrahman.

Berkat ketekunanya dalam menggeluti dunia ilmu dan didukung kecerdasan akal, beliau diberikan ke’aliman, Apalagi dalam fan ilmu hadits beliau sangat
membidangi. Dalam mengkaji ilmu hadits beliau tidak sekedar faham namun juga menghafalkan, beliau sampai hafal 12.000 hadits. Karena kemasyhuranya mampu hafal sekian ribu hadits, akhirnya beliau mendapat nama laqob atau julukan “Mbah Hadits” (adapun menurut sebagian keterangan yang memberi gelar tersebut ialah Syaikh Rifa’i).

Kemudian setelah tamat mondok di Lasem dan pulang ternyata wasiat yang dahulu disampaikan oleh gurunya itu memang terjadi. Yaitu telah mendapat kabar bahwa ada seorang ulama’ (umbul-umbul wareng) yang berkediaman di Kalisalak, Batang dan mempunyai karangan kitab berbahasa jawa (kitab tarajummah). Ulama’ tersebut bernama Syaikh Ahmad Rifa’i. Dan setelah bertemu denganya kemudian Syaikh Abdul Hamid taslim dan merguru denganya. Wal-hasil Syaikh Kyai Ahmad Rifa’i merupakan guru yang ketiga Syaikh Abdul Hamid.
   
 Nasab Keturunan Syaikh Abdul Hamid


Syaikh Abdul Hamid
Mbah Hasan Busyro                   
Mbah Munisah                   
Mbah Muningkar



Mbah Hasan Busyro
Mbah Risdan            
Mbah Dahlan        
Mbah Burhan
Mbah H. Hasbulloh


Sumber : Kh. Afif Afadhol Karang Sambo.
Penelusur Sejarah : Tim Al-Ishlah ‘1440. Ponpes Tanbiihul Ghoofiliin.

Post a Comment

0 Comments